Salam kenal!
Berikut ini adalah tulisan pertama saya di blog. Akhirnya setelah beberapa lama, saya mempunyai kesempatan berbagi pengalaman perjalanan saya di situs
ini. Maaf apabila tulisan saya masih sedikit kacau apalagi baru awal-awal menggunakan situs ini.
Sabtu, 1 November 2014 adalah tanggal saya pertama mencoba naik kereta api Sarangan Ekspres dari Surabaya menuju Madiun dan sebaliknya. Sebelumnya, perjalanan ini sudah direncanakan dengan teman saya, Rizal Maliki. Saat itu tarif KA Sarangan dari Surabaya ke Madiun dan sebaliknya masih sebesar Rp. 40.000. Namun, sekarang sudah naik menjadi Rp. 50.000 pada hari biasa dan Rp. 60.000 pada akhir pekan atau hari besar. Pada pukul 07.00 saya dan Rizal sudah siap berada di Stasiun Surabaya Gubeng (SGU), menurut jadwal yang berlaku saat itu, KA Sarangan berangkat dari SGU pukul 07.30. Rangkaian baru masuk jalur 6 kira-kira 10 menit sebelum keberangkatan.
Catatan, rangkaian KA Sarangan menggunakan rangkaian KA Mutiara Selatan dari Bandung, bila KA Mutiara Selatan mengalami keterlambatan atau masalah lain yang cukup parah saat tiba di SGU, maka perjalanan KA Sarangan dapat terlambat atau bahkan dibatalkan.
Lokomotif CC 203 08 menarik rangkaian KA Sarangan tujuan Madiun.
Karena menggunakan rangkaian KA Mutiara Selatan, otomatis seluruh rangkaian KA Sarangan juga berupa kelas bisnis, tapi kini setiap kelas kereta api sudah dilengkapi dengan AC guna menambah kenyamanan dalam menggunakan angkutan kereta api.
|
Interior KA bisnis Sarangan Ekspres.
|
Kursi KA Sarangan Ekspres. |
|
Tepat pada pukul 07.30, KA Sarangan Ekspres diberangkatkan dari jalur 6 Stasiun Surabaya Gubeng menuju Stasiun Madiun. Selama perjalanan, KA Sarangan Ekspres berhenti di Stasiun Mojokerto, Jombang, Kertosono, Nganjuk dan Madiun. Biasanya okupansi penumpang KA Sarangan tidak terlalu banyak, tapi pada akhir pekan KA Sarangan bisa ramai atau bahkan penuh. Selama perjalanan, penumpang disuguhi pelayanan dari petugas kereta api, di antaranya adalah petugas restorasi kereta api (RESKA) yang menawarkan makanan yang lazim dijual di dalam kereta api seperti nasi goreng, mie bakso, mie rebus dan lain-lainnya.
Mohon maaf, selama perjalanan saya tidak banyak mengambil gambar, apalagi sebagian perjalanan saat itu saya tertidur karena kelelahan.
Sekitar pukul 9.45, KA Sarangan tiba di Stasiun Wilangan, di dekat perbatasan Kabupaten Nganjuk dengan Kabupaten Madiun. Rupanya KA Sarangan masuk sepur belok (jalur 2) untuk mengalah bersilang dengan KA Sancaka dari Yogyakarta menuju Surabaya.
|
Bangunan Stasiun Wilangan. |
Banyak stasiun kereta api di Daop VII Madiun sepur lurusnya di jalur 1, entah mengapa sebabnya demikian.
|
Masih menunggu bersilang... |
Setelah menunggu sekitar 5 menit akhirnya KA Sancaka masuk dan berjalan langsung di Stasiun Wilangan untuk bersilang dengan KA Sarangan.
|
KA Sancaka dari Yogyakarta berjalan langsung di jalur 1. |
Akhirnya KA Sarangan Ekspres kembali melanjutkan perjalanannya menuju Madiun. Sepanjang perjalanan. Selepas Stasiun Wilangan, hutan mulai menghiasi pemandangan perjalanan hingga memasuki Stasiun Saradan (bukan Sarada, Sarada itu anaknya Uchiha Sasuke sama Haruno Sakura dalam serial Naruto). Ternyata KA Sarangan berhenti di Stasiun Saradan, mengapa? Karena persilangan KA Sarangan dengan KA Sancaka seharusnya berada di Stasiun Saradan. Karena KA Sarangan mengalami keterlambatan, maka persilangan dipindahkan ke Stasiun Wilangan, Maka jangan heran bila anda naik kereta api saat bersilang dengan KA lain di suatu stasiun lalu berhenti di stasiun berikutnya, terutama stasiun kecil, bisa jadi persilangan KA anda dengan KA lain itu dipindahkan ke stasiun tersebut.
|
Berhenti di Stasiun Saradan. |
Teman saya, Rizal Maliki berkali-kali berlalu-lalang di dalam rangkaian kereta.
|
Teman seperjalanan saya, Rizal Maliki. |
Akhirnya pada pukul 10.34 KA Sarangan Ekspres tiba di Stasiun Madiun (MN), terlambat dari jadwal yang harusnya tiba di MN pukul 09.57.
|
Tiba di Stasiun Madiun. |
Setelah melihat pemandangan emplasemen Stasiun Madiun, saya dan Rizal akhirnya keluar dari stasiun untuk mencari makanan yang enak dan murah. Di depan stasiun terdapat banyak sekali rumah makan yang menawarkan makanan khas Madiun, yaitu pecel Madiun. Rizal memesan pecel di salah satu warung yang kami datangi. Namun, karena saya kurang begitu suka dengan pecel, saya pesan makanan alternatif, yaitu sayur tewel yang mirip dengan sayur lodeh, tapi dengan nangka muda. Kami berdua juga memesan 2 gelas teh tawar hangat, harga 1 porsi sayur tewel (dengan telur) dan pecel Madiun di warung itu masing-masing sebesar Rp. 8.000.
|
"Makanan alternatif", sayur tewel. |
Setelah puas makan, kami berjalan ke sebelah barat stasiun, di sana ada jalur rel yang mengarah ke utara sejajar dengan jalan raya, rupanya itu adalah jalur menuju Dipo Pertamina Madiun.
|
Perlintasan di sebelah barat stasiun. |
|
Jalur menuju dipo Pertamina. |
Sayangnya, langsiran KA ketel Pertamina hanya ada saat sore, di saat KA ketel dari Rewulu (Yogyakarta) dan Benteng (Surabaya) datang di Stasiun Madiun, padahal bisa dibilang momen spesial melihat KA berjalan sejajar di jalan raya selain di Surakarta. Rel ini juga lewat di depan kompleks PT INKA Madiun, perusahaan produsen sarana kereta api Indonesia.
|
Plakat PT INKA Madiun. |
Setelah itu kami berteduh di dekat perlintasan di sebelah barat stasiun tadi, kami juga sempat hunting mengambil gambar KA yang melintas keluar masuk Stasiun Madiun.
|
KA Sancaka dari Surabaya menuju Yogyakarta. |
|
KA Logawa dari Jember (lewat Surabaya) menuju Purwokerto. |
|
Langsiran loko BB 301 25. |
Setelah hunting, kami kembali ke stasiun, sebelum itu kami sempat mencoba jajan di dekat stasiun. Rizal membeli siomay, sementara saya membeli es degan dengan tambahan madu. Kebetulan di situ ada kucing lucu lagi duduk manis di dekat.
Cilukba!
Setelah itu kami ke musholla untuk menunaikan sholat dhuhur bersama, kemudian kami masuk ke stasiun melalui boarding pass di pintu masuk. Kami mendapati lok BB 301 25 sedang melangsir kereta bagasi dinas. Sementara rangkaian KA Sarangan untuk kembali ke Surabaya sedang dilangsir, KA Malioboro dari Malang tujuan Yogyakarta tiba di Stasiun Madiun.
|
BB 301 25 dan kereta bagasi dinas. |
|
Lokomotif CC 206 27 menghela KA Malioboro Ekspres. |
Bagi yang belum tahu istilah "AMUS" ternyata kepanjangannya adalah "Alat Material Untuk Siaga", biasanya untuk jaga-jaga bila ada musibah tersedia material yang digunakan untuk perbaikan kerusakan.
|
AMUS, Alat Material Untuk Siaga. |
Di jalur 4 ada 1 unit kereta ekonomi AC milik KA Krakatau yang sedang nganggur. Rencananya saya nanti ingin naik kereta api ini keliling Jawa. Semoga rencana ini dapat terwujud.
|
Tanda nama KA Krakatau. |
Akhirnya KA Sarangan datang dari arah barat telah masuk di jalur 3 setelah dilangsir, saatnya pulang kembali ke Surabaya. Tepat pada pukul 13.15, KA Sarangan Ekspres diberangkatkan dari Stasiun Madiun menuju Surabaya.
|
KA Sarangan dilangsir di jalur 3 Stasiun Madiu untuk persiapan. |
Sekian isi dari postingan ini, mohon maaf bila ada yang kurang berkenan dan tulisan yang masih kurang rapi. Maklum belum berpengalaman banyak di Blog. Terima kasih sudah membaca cerita saya dan teman saya ini. Sampai bertemu di cerita berikutnya.